Desa Kendran
Thursday, August 28, 2014
Tuesday, August 26, 2014
ALBUM KKN
PENERIMAAN MAHASISWA KKN UNIVERSITAS UDAYANA PERIODE IX DI DESA KENDERAN OLEH KEPALA DESA
PEMBERIAN BANTUAN TEMPAT SAMPAH KE KANTOR DESA DAN SELURUH BANJAR YANG ADA DI DESA KENDERAN
PEMBINAAN PELAJARAN TAMBAHAN BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA SASTRA JEPANG UNIVERSITAS UDAYANA
SOSIALISASI DAN PRAKTEK PEMBUATAN POT DARI BOTOL PLASTIK DAN PEMBAGIAN TOGA
PENGENALAN KONSEP PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TERNAK
PEMBINAAN PELAJARAN TAMBAHAN SENI TARI OLEH MAHASISWA KKN UNIVERSITAS UDAYANA
MEMBANTU MERIAS DAN MEMPERSIAPKAN LOMBA GERAK JALAN INDAH
PEMBINAAN PELAJARAN TAMBAHAN SENI TARI OLEH MAHASISWA KKN UNIVERSITAS UDAYANA
MEMBANTU MERIAS DAN MEMPERSIAPKAN LOMBA GERAK JALAN INDAH
PURA GERIYA SAKTI MANUABA
Pura Geriya Sakti Manuaba terletak
di Desa Pakraman Manuaba tepatnya di Banjar Tangkas Desa Kenderan Tegallalang
Gianyar Bali sekitar 17 Km dari kota Gianyar atau 32 Km dari kota Denpasar.
Menurut prasasti yang memuat tentang
keberadaan pura tersebut sampai saat ini belum ada di jumpai yang pasti, tapi
menurut Mitologi yang di yakini masyarakat di sana dan lontar Dwijendra Tatwa yang memuat tentang lelintih para Brahmana –
Brahmana yang ada di Bali sekelumit ada memuat tentang keberadaan Beliau Batara
Sakti Manuaba.
Dalam Mitologi diceritakan bahwa
Beliau Ida Betara Sakti Manuaba adalah seseorang Brahmana masih keturunan
Danghyan Dwijendra. Beliau adalah Putra dari Maha Brahmana yang bernama
Brahmana Diler. Beliau sendiri bernama Brahmana Nyoman Buruan yang merupakan
cucu dari Dhanghyang Dwijendra. Beliau adalah seorang Brahmana yang sangat
sakti dan bijaksana karenanya beliau pada waktu itu dijadikan Bagawanta oleh
Raja Bali yang Berkuasa pada waktu itu yang Bergelar Dalem Waturenggong sekitar
Abad ke 14 Masehi.
Mengapa Beliau di sungsung di Pura
Geriya Sakti Manuaba sampai sekarang? Dalam Mitologi di ceritakan bahwa pada
waktu itu Desa Manuaba sedang tertimpa bencana yang sangat dahsyat bayak orang
yang sakit tidak bisa di obati, bayak juga yang meninggal dunia, sawah – sawah
dan lading banyak yang kekeringan dan tidak bisa menghasilkan.
Akhirnya Bendesa Manuaba yang
memerintah pada waktu itu tangkil menghadap Raja Bali mohon petunjuk agar penduduk masyarakat Desa Manuaba bisa
diselamatkan. Maka atas petunjuk Raja Bali pada waktu itu dimohonlah Beliau
Betara Sakti Manuaba (Sira Brahmana Nyoman Buruan) agar beliau sudi datang ke
desa Manuaba untuk menyelamatkan penduduk dari mara bahaya, dan beliaupun
berkenaan untuk datang menyelamatkan penduduk Desa Manuaba.
Setiba Beliau di Desa Manuaba lalu
Beliau mengadakan Pemujaan terhadap
Ida Sang Hyang Widhi agar Masyarakat Manuaba terhindar dari segala bencana dan
gangguan roh jahat, wong samar, buta demit yang mengganggu pada saat itu. Atas
kesedihan Beliau pada saat itu maka segala bencana bisa diatasi para penganggu
bisa Beliau kalahkan. Banyak orang sakit bisa sembuhtanpa obat oleh karena itu
Beliau sangat di hormati dan dipuji oleh masyarakat dan dijuluki Batara Sakti
dan dimohonkan oleh masyarakat Manuaba agar beliau bersedia menetap tinggal di
Desa Manuaba untuk menjaga dan menyelamatkan Desa Manuaba, Beliaupun bersedia
tinggal dan menetap di Desa Manuaba. Di tempat pemujaan Beliau pada waktu
memohon keselamatan kehadapan Sang Hyang Widhi di jadikan Stana atau Geriya
Beliau, dan Beliau berkenan memberikan memberikan petunjuk tentang tata cara
bertani yang bai yang kini disebut Dharma Pemaculan dan menata masyarakat agar
bisa hidup damai. Beliau sangat senang tinggal di Manuaba sampai Beliau
mencapai kamoksan yaitu A Mor Ring Acintya. Sebelum Beliau Moksa Beliau banyak
menurunkan putra – putra yang sampai kini disebut Treh Brahmana Manuaba, dan
sampai kini Stana Beliau disungsung oleh masyarakat Manuaba. Dan dijadikan
tempat pemujaan untuk memohon keselamatan oleh semua umat dan kaum Brahmana.
Tata
Letak Bangunan / Pelinggih
Seperti umumnya Pura – Pura yang ada
di Bali, Pura Geriya Sakti Manuaba di bagi menjadi beberapa bagian atau mandala
yaitu :
1. Utamaning
Mandala (Jeroan)
2. Madyaning
Mandala (Jaba Tengah)
3. Nistaning
Mandala (Jaba Sisi)
Di utamaning Mandala terdiri dari beberapa pelinggih
diantaranya :
1. Padman
Sana yaitu Stana Ida Sang Hyang Widhi Wasa
2. Gedong
yaitu sebagai Stana Ida Betara Sakti Manuaba
3. Pawedan
/ Pengaruman Tempat Siwa Krana atau alat – alat Pamujaan Ida Betara
4. Palinggih
Ida Betara Ratu Gede
5. Piyasan
Ageng
6. Bale
Penyucian
7. Palinggih
Tetekan / Tongkat Beliau Betara Sakti (Taru Kemoning)
8. Bale
Pesandekan
9. Panegtegan
10. Pawedan
Tempat Jero Mangku melakukan pemujaan saat piodalan
Di Madya Mandala tedapat palinggih seperti :
1. Dua
buah Apit Lawang yang terletak di depan candi bentar
2. Bale
Pesandekan
3. Bale
Pesandekan Para Sulinggih
4. Bale
Angklung
Di Nistaning Mandala trdapat palinggih seperti :
1. Dua
buah pohon Tangi
2. Dua
buah Bale Gong
3. Bale
Kulkul
4. Palinggih
Ratu Gede Macan
5. Wantilan
Ageng
6. Perantenan
Suci
Pengamong
Pengamong Pura Geriya Sakti Manuaba
adalah Krama Desa Adat Manuaba yang terdiri dari 7 Banjar Adat diantaranya :
1. Banjar
Pande
2. Banjar
Tangkas
3. Banjar
Tengah
4. Banjar
Triwangsa
5. Banjar
Gunaksa
6. Banjar
Pinjul
7. Banjar
Dukuh
Banjar – banjar ini lah yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan puja wali / piodalan di Pura Geriya Sakti Manuaba yang biasa
dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I Banjar Tangkas dan Banjar Pande, Kelompok
II Banjar Tengah dan Banjar Triwangsa, Kelompok III Banjar Gunaksa, Bnajar
Pinjul, dan Banjar Dukuh. Masing –
masing kelompok ini secara bergantian ngamong piodalan selama 1 tahun, mereka
bertugas menyiapkan segala keperluan alat upacara dan pelaksanaan piodalan.
Piodalan
Piodalan di Pura Geriya Sakti
Manuaba jatuh pada penanggalan Bali yaitu hari Selasa Keliwon Medangsia 10 hari
setelah Hari Raya Kuningan. Pada saat piodalan banyak umat yang tangkil dari
berbagai Kasta dan Golongan
Pura
Damukeling
Pura ini tidak bisa dipisahkan
keberadaanya dengan Pura Geriya Sakti Manuaba karena menurut cerita para tetua
– tetua di Desa Adat Manuaba tempat ini merupakan tempat Pesucian Ida Betara
Sakti Manuaba pada waktu Beliau masih ada. Di tempat ini terdapat sumber air
yang yang sangat jernih yang keluar dari kelebutan dari masing – masing arah
mata angina, dan air ini diyakini oleh umat dapat mensucikan diri dari segala
kotoran dan penyakit. Sampai sekarang tempat ini dijadikan tempat Pesucian Ida
Betara Sakti Manuaba saat piodalan dan tempat mengambil air suci sebagai sarana
tirta saat piodalan.
Bagi para pemedek yang ingin
melakukan penglukatan peleburan setelah mengaturkan sesaji diperbolehkan mandi
di pancuran yang ada paling bawah untuk pancuran yang ada diatas hanya diperuntukan
untuk pengambilan air suci / tirta. Demikianlah sekelumit tentang keberadaan
Pura Geriya Sakti Manuaba.
TELAGA WAJA
Telaga
Waja terletak sekitar 4 km sebelah utara Peliatan. Tempat tersebut dapat
dicapai dengan mengikuti jalan utama Peliatan ke utara menuju Tegalalang dan
Petulu. Sebelum mencapai Tegalalang, di Sapat, perjalanan harus dilanjutkan
dengan berjalan kaki menyusuri jalan kecil ke timur menuju sungai. Telag Waja
terletak di tepi timur Tukad Kungkang, sebuah anak sungai Petanu. Dari Sapat
menuju sungai sekitar setengah jam perjalanan. Dari tepi ketinggian, dibawah
terlihat komplek petak Telaga Waja. Menuruni jurang lemayan sulit tetapi
sungainya ada di dekat sekitar itu. Disamping itu ada jalan menuju kesana lewat
jembatan. Hal itu memungkinkan untuk mencapai Telaga Wajadari timur melalui
Kenderan. Karena penyelesaian proyek jalan batu bagian timur laut baru – baru
ini dari rute Peliatan – Tegalalang utama mulai Gentong (selatan Sapat) menuju
Kenderan, Manuaba, dan akhirnya Kedisan, Telaga Waja lebih mudah di capai dari
timur. Namun longsor sering memotong / menghambat jalan ini. Dari Kenderan, jalan
ke arah barat menuju ke tempat tersebut. Terdekat di Belusung adalah Pura
Penataran dengan patung Catuhkaya dan batu dengan chronogram dalam gambar
matahari, mata, telinga, gajah: saka 1228 (AD 1306).
Komplek
Telaga Waja terdiri dari 2 kolom yang berasal dari mata air beberapa meter
diatas sungai. Sukarto,1973 menuliskan :
Kolam
pertama, atau lebih kecil berukuran 7,4 x 4,2 m terletak di teras / petak pada
tingkat lebih tinggi dari yang kedua, dan dikelilingi oleh tiga relung/ ceruk …
satu di utara … dan dua lainnya, ceruk kecil di sebelah barat. Kolam ini
dianggap oleh rakyat sebagai tempat suci / sacral dan pengunjung dilarang masuk
tanpa izin. Sebuah patung batu yang baru dibuat, dibangun di sekitar semburan /
aliran air di tempatkan di bagian pinggir selatan kola mini. Telaga / kolam
kedua yang leih besar terletak pada teras / petak yang lebih rendahberukuran 8
x 6 m; itu dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah dinding bawah air. Sebuah
bangunan kecil bertengger di ujung timur kolam. Parit (aliran air) dari batu
mengalirkandari Telaga menuju sungai Kungkang.
Sebuah
candi halaman kecil berukuran 9,5 x 8,5 m yang ditemukan diteras yang lebih
tinggi di sebuah selatan Telaga terakhir, dan dikelilingi oleh empat relung /
ceruk, dua diantaranya masih utuh, satu relung / ceruk memiliki atap yang
rusak, dan yang lainnya benar – benar hancur. Terhitung tiga relung sekitar
koam pertama, juga ada total tujuh relung di kompleks ini. Kemungkinan
kebanyakan relung dahulu digunaann untuk meditasi.
Pada
tebing yang menghadap ke sungai adalah candi kecil yang disebut Pura Telaga
Waja. Terukir pada dinding sungai di sebelah barat salah satu relung/ceruk
adalah gambar berbentu huruf H secara vertikal dalam bingkai lembaran empat
persegi panjang (55 hingga 78 cm dan tingginya 25 cm). tempat ini mungkin
disebut dalam Negarakrtagama (1365) dengan nama Telaga Dhvaja. Menurut Dhvaja
Mr.Sukarto, “tanda”, mungkin mengacu pada huruf H.
Telaga
Waja terletak di pertemuan sungai Kungkang dan Kenderan. Sekitar 2 km utara
Teaga Waja, di sungai Kenderan, terletak desa Manuaba. Disini fragmen dari
cetakan pencetak untuk gendering Zaman Perunggu di temukan, mereka masih berada
disitu.
Sunday, August 17, 2014
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
Program
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari peran perempuan
dalam pembangunan. Jika dikaitkan dengan pemberdayaan perempuan melalui
kesetaraan gender sudah sepatutnya Pemeriuntah desa selalu berusaha
meningkatkan peran serta kaum perempuan pada setiap kegiatan di Tingkat desa
melalui berbagai program kegiatan organisasi PKK. Penyajian data dalam profil
ini lebihh menitik beratkan pada realisasi 10 Program Pokok PKK dan keberadaan
kelompok-kelompok kerja dasa Wisma dan Organisasi PKK. Adapun 10 Program Pokok
PKK di antaranya adalah adalah sebagai berikut.
A. POKJA I
-
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila melalui
pelaksanaan persembahyangan bersama, penyuluhan hukum, HIV/AIDS, membentuk
pesantian dan lain-lain.
-
Gotong royong kebersihan lingkungan, kerja bakti
memperbaiki tempat-tempat ibadah, mengadakan senam lansia dan mengadakan
pengobatan gratis oleh Puskesmas Tegallalang II dan Rumah Sakit lainnya.
B. POKJA II
-
Pendidikan dan Keterampilan yaitu meningkatkan
pengetahuan keluiarga mengenai tumbuh kembangnya anak, meningkatkan pengatahuan
Kader Posyandu, cara berpakaian, menata rambut dan tata rias. Kegiatan lainnya
meliputi kegiatan penyuluhan dan pembinaan BKB (Bina Keluarga Balita),
mengaktifkan perpustakaan dan praktek memasak.
-
Pengembangan kehidupan berkoperasi, yaitu meningkatkan
pengelolaan UP2K PP, mendorong terbentuknya koperasi, dan lain-lain.
C. POKJA
III
-
Pangan : Tim Penggerak PKK Desa Kenderan telah
melaksanakan Program bidang pangan yaitu memasyarakatkan makanan yang sehat dan
bergizi, memanfaatkan tanah pekarangan dengan ditanami berbagai jenis tanaman
yang dapat dimanfaatkan keluarga, serta selalu mengadakan pembinaan ke
rumah-rumah.
-
Sandang : dengan mengadakan pembinaan cara memakai
busana yang baik dan sopan sesuai dengan situasi dan kondisi bagi Ibu-Ibu dan
remaja
-
Perumahan dan tata Laksana Rumah Tangga : memberikan
pembinaan akan pentingnya penataan dan kebersihan rumah serta lingkungan yang
sehat dan indah.
D. POKJA IV
-
Kesehatan : kegiatan di Posyandu bekerja sama dengan
Puskesmas Pembantu Desa Kenderan dan Puskesmas Tegallalang I melaksanakan
program-program Pemerintah di bidang Kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan
berupa pemberian vitamin A, pembinaan akan pentingnya pemberian ASI pada bayi
dan balita, pemberian makanan tambahan serta pelaksanaan penyuluhan-penyuluhan
kesehatan lainnya terutama untuk pencegahan terdapatnya gizi buruk pada anak
balita.
-
Kelestarian lingkungan hidup : dengan mengadakan
penyuluhan tentang lingkungan yang bersih dan sehat termasuk saluran pembuangan
air limbah serta penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di pekarangan.
-
Perencanaan Sehat : menghimbau kepada masyarakat agar
melalui PKK Banjar dan Dasa Wisma mengadakan penyuluhan akan pentingnya
Keluarga Berencana (KB) dan mengarahkan masyarakat supaya gemar menabung dan
pola hidup sehat hidup sehat.
Indikator Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
No.
|
Indikator
|
Sub Indikator
|
Jumlah
|
|
Tahun 2011
|
Tahun 2012
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
Realisasi 10 Program Pokok
PKK
|
1. Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila
|
5 keg.
|
10 keg.
|
2. Gotong royong
|
5 keg.
|
10 keg.
|
||
3. Pangan
|
5 keg
|
10 keg.
|
||
4. Sandang
|
5 keg.
|
10 keg.
|
||
5. Perumahan dan tata laksana
Rumah
Tangga
|
5 keg.
|
10 keg.
|
||
6. Pendidikan dan keterampilan
|
5 keg.
|
10 keg.
|
||
7. Kesehatan
|
5 keg.
|
10keg.
|
||
8. Pengembangan kehidupan
berkoperasi
|
5keg.
|
10 keg.
|
||
9. Pelestarian Lingkungan
hidup
|
5 keg.
|
10 keg.
|
||
10. Perencanaan Sehat
|
5 keg.
|
10 keg.
|
||
2
|
Organisasi PKK
|
Kelembagan
|
||
1. Kelompok Kerja
|
||||
2. Kelompok Dasa Wisma
|
Subscribe to:
Posts (Atom)